‘Rotela’ Bisa Menjadi Icon Baru Gunungkidul

Adm1nistrator 02 Oktober 2017 10:16:32 WIB

 

Grogol (Sida Samekta, 1 Oktober 2017). Bicara tentang Gunungkidul itu selalu menarik karena memang banyak sekali hal-hal menarik yang dapat ditemukan di kawasan timur Yogyakarta ini. Kebanyakan orang menyebutnya Jogja Lantai 2 karena letaknya yang satu tingkat lebih tinggi dibanding kawasan lainnya. Anehnya di tempat yang lebih tinggi itu terdapat pantai (pantai kok di atas).

Sepanjang pesisir selatan terhampar pantai-pantai nan indah rupawan yang saat ini sudah menjadi icon Gunungkidul. Bukan hanya itu, ada juga gunung, goa, air terjun, seni budaya, batik dan aneka makanan kuliner yang belum lengkap rasanya kalau ke Gunungkidul tapi belum ‘mencicipi’ semua itu. Di Gunungkidul ada menu makanan yang lebih ekstrem dari ‘fear-factor’-nya Amerika. Coba saja rasakan laziznya menu makanan kuliner walang goreng, uler jati, tawon, puthul dan masih banyak lagi, tersaji di pinggir jalan. Hanya orang yang bernyali dan terbiasa yang telah membuktikan ekstremnya makanan tersebut.

Namun sebenarnya Gunungkidul dahulu (ya nggak dulu-dulu amat sih) lebih terkenal dengan julukan ‘Kota Gaplek’. Seperti julukannya berarti Gunungkidul waktu itu dipenuhi dengan hasil bumi berupa gaplek atau ketela kering yang bisa dibuat masakan lezat seperti thiwul dan gathot. Sampai saat ini thiwul dan gathot juga tetap menjadi oleh-oleh khas Gunungkidul. Gaplek juga masih melimpah karena memang ketela tumbuh subur di Gunungkidul.

Hubungannya dengan ketela (sengaja memang kita akan ngomongin ketela), sepertinya saat ini ketela mulai tidak populer di kalangan masyarakat karena tidak lagi menjadi bahan makanan pokok. Petani ketela memilih menjual ketela ataupun gapleknya meskipun dengan harga yang sangat murah. Padahal panen ketela itu setahun sekali lho. Apa mereka nggak rugi?

Bermula dari sini perlu sekali upaya untuk mempopulerkan kembali ketela kepada masyarakat. Tentunya lewat makanan yang terbuat dari ketela. Bagaimana supaya petani tidak cuma menjual hasil panennya akan tetapi mereka mampu membuat makanan yang berfariasi dan dihargai lebih mahal (dibanding gaplek). Dan untuk memulai hal ini perlu kepeloporan dari warga Gunungkidul itu sendiri.

Alhamdulillah sekarang sudah tampil seorang pemuda pelopor bidang pangan dari Gunungkidul yang mencoba mempopulerkan ketela dalam bentuk kue bolu bernama ‘Rotela’ (singkatan dari roti ketela). Dialah Dewi Lestari, warga padukuhan Karangmojo A RT.20 RW.05 desa Grogol kecamatan Paliyan. Orang pasti tidak asing dengan roti yang biasa terbuat dari terigu atau beras. Tetapi Rotela ini roti yang terbuat dari ketela parut, ketela langsung dipetik dari pohonnya (orisinil ketela). Tidak ada campuran bahan pengawet, kimia ataupun bahan berbahaya (alias 100% alami).

Mewakili kabupaten Gunungkidul dalam seleksi pemuda pelopor di bidang pangan tingkat propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dewi Lestari dengan ‘Rotela’-nya mampu menjadi juara I dan maju ke tingkat nasional. Pada hari Rabu tanggal 27 September 2017 telah dilakukan penilaian oleh Tim Yuri dari pusat Jakarta dan saat ini tinggal menunggu hasilnya. Menjadi juara memang bukan menjadi tujuan utama karena menjadi pelopor harus tangguh menghadapi tantangan ke depan serta mampu menggerakkan masyarakat agar turut serta itu lebih penting.

Seperti harapan yang disampaikan oleh Drh. Khrisna Berlian yang mewakili Bupati Gunungkidul pada saat penilaian pemuda pelopor, tidak menutup kemungkinan ke depan ‘Rotela’ bisa menjadi icon baru Gunungkidul, melengkapi icon-icon Gunungkidul lainnya yang kebanyakan didominasi oleh tempat pariwisata. Gunungkidul kaya akan ketela dan Gunungkidul punya ‘Rotela’ Citarasa Tradisional. Kita sama-sama doakan semoga Dewi Lestari dengan roti ketelanya mampu go nasional bahkan go internasional.

Dewi Lestari sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung perjalanan ‘Rotela’ sampai dengan saat ini, diantaranya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul, Bupati Gunungkidul, Camat Paliyan dan jajarannya, Pemerintah Desa Grogol, warga masyarakat padukuhan Karangmojo A, juga para mitra petani ketela di desa Grogol serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kerja sama ini harus tetap berlanjut untuk kemajuan bersama Gunungkidul tercinta. Ayo maju !! (TimSID).

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung